Oleh : Bidang Kader PC IMM Mataram Ilustrasi By : Suluh Nusantra |
Sudah dua kali MK ribut hanya karena kakak beradik. Dulu rakyat disuruh menghormati konstitusi yang sudah disusun sedemikian rapi untuk memuluskan politik dinasti. Namun sekarang putusan MK yang digadang ingin meluruskan marwah hukum tertinggi dianulir yang juga untuk membantu anak presiden untuk mendapatkan kursi.
Baru sepekan yang lalu Indonesia merayakan HUT RI yang ke-79, harusnya masyarakat bereforia dan bersuka cita atas kemerdekaan negara juang ini. Namun kita hanya menikmati pertunjukan birahi sebuah keluarga yang kerjaannya membangun dinasti dan mengotak atik konstitusi.
DPR katanya adalah wakil rakyat, namun nyatanya dengan terang-terangan mengkhianati amanah masyarakat. Mereka bersekongkol dengan oligarki karena sudah diberi kompensasi dan jabatan yang tinggi. Negara yang malang, darah dan nyawa para pejuang dikorbankan hanya untuk memberi jaminan keamanan, keadilan dan kemerdekaan untuk negeri ini. Namun, perjuangan pahlawan dahulu dikhianati hanya karena ambisi satu keluarga yang tak terpuji.
Apa kabar Indonesia saat ini?. Kita bukan hanya mengkritisi konstitusi yang dikebiri, namun bagaimana masa depan demokrasi dikemudian hari. Setidaknya pengertian demokrasi yang bisa dipahami adalah dari rakyat oleh rakyat, untuk rakyat. Bukan dari negara untuk keluarga.
DPR nyatanya sudah tidak memiliki wibawa lagi, mereka bisa dibeli dengan harga yang murah asalkan diberi jabatan yang tinggi. Siapalah yang bisa di percaya lagi? Apakah kepada para penguasa yang jelas mengkhianati negeri ini? Hukum tertinggi saja tidak akan dipercayai lagi karena bisa diubah sesuai kebutuhan para tikus berdasi.
Mereka bersenang-senang menghamburkan anggaran negara hanya untuk euforia upacara di ibukota baru, sedangkan tangisan pilu masyarakat menggema disegala penjuru. Rakyat di peras, dimiskinkan dan dijual kepalanya untuk memperkaya diri mereka sendiri. Masyarakat disuruh diam agar terlena dengan pertunjukan dan makan siang gratis.
Hidup rakyat rasanya sudah dibawah kendali satu keluarga yang sangat berambisi. Bagaimana kabar Indonesia dimasa yang akan datang?. Kita pasti ingin hidup tentang tanpa melihat dan mendengar hutang negara yang makin melambung tinggi, masalah pendidikan yang tidak pernah selesai, guru honorer yang di PHK dengan alasan yang tak masuk akal. Hutang negara yang melambung, mafia tambang dan pulau yang dijual, korupsi ratusan triliunan, perampasan hak tanah masyarakat/adat yang menjadi hal biasa, KKN yang terus diwariskan. Kekerasan pada perempuan dan anak yang tidak ada habis-habisnya. Banyak kasus yang menuntut keadilan namun kasus anak DPR yang membunuh pacarnya bisa saja bebas dari hukum.
Kita ingin memastikan bahwa negara Indonesia bukan negara yang termasuk dalam hadist nabi “Jika urusan tidak diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran padanya”. Dan nyatalah gambaran hadist tersebut sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Pemimpin negara sudah tidak mencerminkan bagaimana konsep kepemimpinan Rasulullah SAW, yang beberapa diantaranya shiddiq, tabhlig, amanah, dan fathanah. Para pemimpin saat ini telah nyata mengkhianati amanah Allah yang digambarkan pada surah Al-Ahzab : 72. Sungguh manusia sangatlah dzolim dan sangat bodoh. Dzolim dan bodoh adalah karena telah menerima amanah untuk mengelola bumi/negara namun tidak dimasksimalkan untuk kelangsungan hidup yang sesuai dengan tuntunan Allah, negara yang adil makmur dan di ridhai Allah SWT.
Kalau masyarakat dan mahasiswa diam, maka akan sangat mungkin penguasa menggunakan negara sebagai alat memperkaya diri. Kalau kita diam, artinya kita mendukung ketidakadilan. Kalau kita diam, artinya kita mematikan demokrasi. Kalau kita diam, artinya kita melanggengkan politik dinasti.
Maka pilihan dan jalan terbaik untuk memperbaiki kualitas negara ini adalah dengan jihad jalanan, melakukan aksi demonstrasi sebagai bentuk perlawanan terhadap para penguasa negara yang sudah tidak bermoral. Maka sebaik-baiknya jihad adalah kita menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang dzolim.