Oleh : Hamsaturahman, M.Pd (Ketua Bidang PJPT DPD IMM NTB) |
Dalam tinjauan historis, kelahiran IMM menjadi sebuah gerakan ideal bagi dakwah Persyarikatan Muhammadiyah yang menginginkan terwujudnya Masyarakat Ilmu dalam mengkonstruksi terwujudnya tujuan gerakan Muhammadiyah. Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa kelahiran Muhammadiyah pada tahun 1912 M mencitrakan diri sebagai gerakan Islam Pembaharu, hal ini menjadi anti tesis dari sikap jumud yang melingkupi umat islam dan secara khusus kentalnya pemahaman mitos yang membelenggu masyarakat Indonesia. Dimana sikap jumud dan mitos dianggap sebagai sebuah paradigma destruktif yang dapat membuat peradaban sebuah masyarakat terkungkung dan stagnan.
Secara Simbolik dan Substansial berdasarkan identitas yang melekat didalam IMM, memiliki tanggung jawab pada aspek keagamaan, Kemahasiswaan, dan juga kemasyarakatan. Tentu dalam rangka mengemban tanggung jawab itu harus dituntun oleh ilmu pengetahuan yang mumpuni, dimana Ilmu pengetahuan selain sebagai instrumen untuk membangun kesadaran pergerakan, juga agar mampu mengkonstruksi strategi gerakan yang objektif berdasarkan realitas kehidupan yang dihadapi dan membumbuhi peradaban dengan nuansa pencerahan Islam Rahmatan Lil Alami. Demikian wacana yang terus dibumingkan oleh para intelektual kontemporer terlebih dalam wacana senior-senior IMM itu sendiri yang dikenal sebagai "Kesadaran Profetik".
Gambaran diakronik kehadiran IMM menjadi harapan baru atas sebuah komitmen terciptanya peradaban Ilmu, hal tersebut didukung dengan tipologi gerakan yang memobilisasi Mahasiswa sebagai pioner dalam membangun basis kesadaran ilmu, mengingat Mahasiswa memiliki andil yang cukup besar dalam memproduksi pemikiran-pemikiran cerdas dan kritis, dikarenakan mahasiswa sangat ditopang oleh akses dan iklim pendidikan kampus yang Ilmiah. Beberapa potensi tersebut tidak akan maksimal jika tidak diakomodir dengan baik, dengan mewadahi dan menggembleng mereka pada Prospek gerakan yang berbasis ideologis. Dimana ideologi menjadi perangkat yang dapat menunjukkan role kesadaran dan gerakan kearah yang seharusnya diciptakan. Sedangkan didalam IMM sendiri dikenal dengan Trilogi IMM yang merupakan ranah aktualisasi nilai perjuangannya yang meliputi Keagamaan, Kemahasiswaan Dan Kemasyarakatan, Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya.
Komitmen Pengilmuan Kader menjadi starting Point yang harus dikedepankan oleh organisasi lebih khususnya kader-kader IMM secara simultan dan kontinu, jika merujuk pada Tujuan IMM (Akademisi Islam), 6 poin penegasan IMM (ilmu amaliah, Amal Ilmiah), Tri kompetensi dasar IMM (intelektualitas), maupun pada motto gerakan IMM yakni "anggun dalam moral, unggul dalam intelektual ", Poin-poin tersebut menjadi acuan sekaligus pemantik semangat keilmuan kader yang harus dikristalitasi kedalam diri setiap kader sehingga dapat menguatkan keberadaan IMM sebagai representasi gerakan Ilmunya Organisasi Muhammadiyah.
Dalam hilir sejarah, kemajuan suatu peradaban merupakan implikasi majunya ilmu pengetahuan dan begitupun sebaliknya, oleh sebab itu kader-kader IMM harus menghargai ilmu pengetahuan (Hikmah) itu dari manapun sumbernya sehingga patut kiranya untuk dipelajari dan dipahami dengan baik. Hal ini juga telah disampaikan dalam hadist Rasulullah SAW bahwa "Hikmah itu adalah hartanya orang yang beriman, maka pungutlah dimanapun ditemukan". Menurut Buya Hamka, Hikmah tidak pula hanya sekedar ilmu, lebih dari pada itu Hikmah merupakan ilmu tertinggi yang didalamnya terdapat keindahan apabila ilmu tersebut dikerjakan atau diamalkan.
Prototipe perjuangan KH. Ahmad Dahlan dengan pengetahuan dan keteguhan komitmennya untuk memajukan peradaban Umat Islam, berupaya untuk menunjukkan sikap terbuka dalam menerima pengetahuan-pengetahuan dan tidak terkooptasi pada sentimen antar peradaban, melainkan memfilter kemajuan mana yang harus di ambil (penuh faedah). Sebab dalam pemahamannya Islam merupakan agama yang sarat akan kemajuan untuk kehidupan manusia, sebab ia merupakan karunia dari Allah SWT untuk manusia yang dapat menuntun setiap diri pada petunjuk hidup (amaliah) yang benar, "hudallil muttaqin".
Urgensi Pengilmuan bagi kader merupakan bentuk proteksi terhadap bias peradaban maupun hegemoni pemikiran yang cenderung melemahkan nilai-nilai kemanusiaan disegala aspek. Dengan keilmuan yang dimiliki oleh IMM baik secara organisatoris maupun individual menjadi agent penting dalam membangun praksis gerakan, dalam upaya menegakkan amar makruf dan nahi mungkar. Ketekunan dalam belajar dan menimbah ilmu pengetahuan adalah kalkulasi potensial yang akan menentukan bagaimana seorang kader akan membangun paradigma berpikinya. Sebab Gen-Gen pemikiran kader terbentuk dari upaya mereka bersinggungan dengan buku-buku hingga forum ke forum.
Sungguh hal demikian kelak berdampak pada kesadaran kader dalam mengkritisi dan menemukan benang merah dari suatu persoalan, serta menjadi problem solver atas persoalan tersebut, terutama sekali dalam hal kesewenang-kesewenangan, ketidak Adilan dan kemungkaran, sebagaimana telah tertera didalam point ke 3 Nilai Dasar Ikatan (NDI) IMM. Ketekunan dalam belajar juga menjadi modal bagi kader IMM untuk mengembangkan aspek keilmuannya secara spesifik sebagai seorang mahasiswa kejuruan dan mengembangkan kreativitas-inovasi untuk hal-hal yang lebih berharga serta bermanfaat dimasa yang akan datang.
IMM yang merepresentasikan diri sebagai agent keilmuan tentunya diharapkan memiliki posisi yang jelas dan tidak anomali, seperti yang di ibaratkan Ali Syariati yakni sosok intelektual yang berada diatas menara gading, atau intelektual tradisional seperti di ungkap Antonio Gramsci. Seorang pemikir Prancis Julien Benda juga mengemukakan pernyataan menohok tentang seorang Penghianat Intelektual yang mencitrakan keilmuannya hanya untuk tanggung jawab pada kaum awam seperti para elit kekuasaan dan juga mengasingkan diri dari kemelut sosial-politik yang terjadi. Pada Konteks absolutisme moralnya Julien Benda menerangkan tentang peran kaum intelektual haruslah mampu menciptakan Nilai-nilai transenden dan universal, memiliki tingkat keperdulian sosial yang tinggi sehingga turut serta dalam mengatasi penyimpangan yang ada ditubuh kekuasaan dan juga didalam masyarakat. Begitupun harapan dan tanggung jawab yang dilekatkan diatas pundak kader-kader IMM.(BM)
Tags
Opini