Oleh : Fatimah Kader IMM Dompu |
Gerakan perempuan saat ini masih menjadi topik menarik untuk diulas dalam ruang dialektika mahasiswa. Pembelaan, kesetaraan, hingga kebebasan berekspresi perempuan masih senantiasa menggema di ruang publik. Semenjak peristiwa emansipasi perempuan, beragam corak gerakan perempuan yang kian tumbuh dan menjamur pada dunia sosial menjadi instrumen pergerakan perempuan dalam mencapai hak dan kedudukannya pada setiap bidang kehidupan sosial.
Perempuan adalah the second sex. Kekuasaan laki-laki terhadap perempuan ini telah diterima sebagai pemikiran yang menghegemonis. Oleh karena itu, pendidikan, kultur dan kesadaran perempuan sebagai bagian dari masyarakat menjadi sangat penting dalam memperjuangkan identitas dan hak-hak mereka. Dengan kesadaran kritis ini pula gerakan perempuan terhindar dari pengaruh dominasi Negara dan ekonomi pasar yang bisa dilihat dari berbagai indikator yang muncul dalam berbagai interkasi lainya
Untuk memperjuangkan hak perempuan dalam melepas belenggu patriarki sungguh luar biasa. Dimana masyarakat Indonesia dahulu dihidangkan dengan sebuah label stereotip yang memandang bahwa derajat kaum perempuan berada di bawah derajat kaum lelaki. Bahkan, belenggu patriarki yang sangat kental kala itu memberikan pandangan terhadap masyarakat bahwa perempuan merupakan makhluk inferior yang aktivitas sosialnya terbatas pada urusan dapur, kasur, dan sumur.
Budaya patriarki yang mengakar pada masyarakat Indonesia masa itu mengeruhkan tradisi keilmuan yang sifatnya egaliter pada tatanan masyarakat yang semestinya masyarakat mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa adanya sekat gender. Justru perempuan mengalami keterbatasan dalam mendapatkan hak untuk menyelami dunia pendidikan, dimana secara tidak langsung hal tersebut mendegradasi peran perempuan sebagai guru pertama bagi kehidupan anak (generasi)