Muhammadiyah dan Kader Musiman

Oleh : Hafi Darmawan
(Sekretasi IMM cabang Dompu)

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, didirikan pada tahun 1912 oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Organisasi ini dikenal dengan berbagai gerakan reformasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial, serta komitmennya dalam memajukan kehidupan umat Islam di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah terus berkembang dan memperkuat kaderisasinya untuk memastikan keberlangsungan visi dan misi organisasi.

Kaderisasi adalah proses pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan untuk mempersiapkan Kader persyarikatan agar memiliki kemampuan dan komitmen dalam menjalankan tugas dan fungsi Persyarikatan. Di Muhammadiyah, kaderisasi dilakukan melalui berbagai jenjang pendidikan dan pelatihan, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut. Proses ini melibatkan berbagai aspek, seperti penguatan ideologi, peningkatan kapasitas intelektual, serta pembentukan karakter dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Dalam konteks kaderisasi Muhammadiyah, muncul fenomena yang dikenal dengan istilah "kader musiman". Kader musiman adalah individu yang terlibat aktif dalam kegiatan organisasi hanya pada waktu-waktu tertentu, seperti menjelang pemilihan atau saat perekrutan sebagai penyelenggara dan kepentingan lainnya, namun kurang menunjukkan konsistensi dalam keterlibatan mereka di luar waktu-waktu tersebut.

Kader yang hanya aktif pada waktu-waktu tertentu cenderung tidak memberikan kontribusi yang berkelanjutan terhadap program dan kegiatan organisasi. Hal ini dapat menyebabkan stagnansi dalam pelaksanaan visi dan misi Muhammadiyah.

Keterlibatan kader musiman sering kali dipandang sebagai bentuk pragmatisme dan oportunisme, di mana anggota terlibat aktif hanya untuk mencapai tujuan pribadi, seperti mendapatkan posisi atau pengaruh dalam organisasi. Pragmatisme ini dapat merusak integritas dan nilai-nilai dasar Muhammadiyah yang berlandaskan pada pengabdian dan keikhlasan.

Keterlibatan yang tidak konsisten dari kader musiman dapat mengganggu pelaksanaan program dan kegiatan yang membutuhkan komitmen jangka panjang. Program-program yang seharusnya berjalan secara kontinu mungkin menjadi terhenti atau tidak berjalan optimal karena kurangnya keterlibatan aktif dari kader. Jika Muhammadiyah hanya mampu mengandalkan keterlibatan kader musiman, maka basis massa dan pengaruh organisasi dalam masyarakat dapat melemah. Organisasi membutuhkan keterlibatan yang terus-menerus dari kadernya untuk menjaga relevansi dan pengaruhnya dalam masyarakat.

Pimpinan Daerah Muhammadiyah  perlu memperkuat proses kaderisasi yang berkelanjutan atau mengadakan kajian kajian rutin yang fokus pada penguatan ideologi, pembinaan dan pengembangan kader secara menyeluruh. 

Komunikasi dan kolaborasi antara pimpinan harus lebih ditingkatkan agar dapat memastikan bahwa semua kader merasa terhubung dan terlibat dalam kegiatan Muhammadiyah. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai platform komunikasi yang efektif dan partisipatif.

Fenomena kader musiman dalam Muhammadiyah merupakan tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas organisasi. Dengan mengadopsi strategi-strategi yang tepat, Muhammadiyah dapat meningkatkan konsistensi dan komitmen anggotanya, serta memperkuat peran dan pengaruhnya dalam masyarakat. Kritik yang konstruktif dan langkah perbaikan yang sistematis akan membantu Muhammadiyah untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi umat Islam dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.(BM)

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak