Oleh: IMMawan Amin Rais (Ketua Umum PK IMM STKIP Al-Amin Dompu) |
Di
era digital ini, kehadiran teknologi informasi seperti media sosial telah
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, ada sisi
gelap yang mengintai di balik pesona teknologi ini. Saya melihat bahwa
kehadiran teknologi informasi, terutama media sosial, bukan sekadar alat
komunikasi, tetapi upaya korporat untuk menjajah Indonesia. Mereka tidak hanya
mengincar kedaulatan bangsa, tetapi juga berusaha mendangkalkan dan melemahkan
moralitas anak bangsa.
Realitas
hari ini menunjukkan bahwa korban dan pelaku kekerasan seksual sering kali
adalah anak-anak di bawah umur. Ini merupakan indikasi serius bahwa teknologi
informasi bisa menjadi faktor penghambat pendidikan di Indonesia, baik formal
maupun informal. Banyak anak muda, siswa, dan mahasiswa yang telah terhegemoni
oleh media sosial. Mereka lebih cenderung menderita dan depresi dalam dunia
maya dibandingkan menghadapi realitas kehidupan mereka sendiri. Hal ini
memperlihatkan betapa media sosial bisa merusak mental dan moral generasi
penerus bangsa.
Di
sisi lain, masalah narkoba dan obat-obatan terlarang masih merajalela.
Ironisnya, pemerintah tampak tidak benar-benar fokus dalam memberantas masalah
ini. Jika kita kaji secara komprehensif, ini bisa dianggap sebagai bentuk
penjajahan oleh korporat terhadap moralitas dan melemahkan generasi penerus
Indonesia. Pemerintah seharusnya memastikan dan mempromosikan solusi sebagai
bentuk kecintaannya terhadap anak bangsa. Namun, yang terjadi justru
sebaliknya. Masifikasi eksplorasi narkoba saya duga melibatkan oknum-oknum atau
elit-elit penguasa di Indonesia, sehingga masalah ini tidak pernah
terselesaikan.
Peran
mahasiswa sebagai agen perubahan sangat krusial dalam menghadapi tantangan ini.
Mahasiswa harus berperan aktif dalam menawarkan solusi terhadap
persoalan-persoalan moral dan mental yang dihadapi bangsa ini. Mereka tidak boleh
hanya menjadi korban dari perkembangan teknologi dan narkoba, tetapi harus
menjadi garda terdepan dalam memberikan responsif dan kontribusi pikiran
terhadap pembangunan bangsa.
Mahasiswa
harus menjadi pelopor dalam mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif
teknologi informasi dan narkoba. Mereka harus aktif dalam kegiatan sosial yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, serta mengembangkan
program-program yang mendukung kesehatan mental dan moral generasi muda.
Mahasiswa juga harus terlibat dalam penelitian dan pengembangan kebijakan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah ini secara holistik. Bukan malah terjebak dan
terlena dalam hal ini, mahasiswa harus nya mesti menjemput peran dan berpartisipasi
untuk mengatasi masalah, namun realita di lapangan mahasiswa terkadang malah
kebanyakan menjadi korban dari hegemoni infrastruktur digital seperti kecanduan
tiktok, facebook, Instagram, dan ini menyebabkan mahasiswa krisis identitas.
Kita
harus waspada dan kritis terhadap fenomena ini. Sebagai bangsa yang berdaulat,
kita tidak boleh membiarkan teknologi dan narkoba menjajah moral dan mental
anak-anak kita. Pemerintah harus bertindak tegas dan konsisten dalam
memberantas masalah ini, serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
generasi muda untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Solusi
harus difokuskan pada edukasi yang komprehensif tentang bahaya teknologi dan
narkoba, serta penguatan moral dan mental generasi muda. Hanya dengan demikian,
kita bisa memastikan bahwa anak-anak bangsa ini tumbuh menjadi generasi yang
kuat, berintegritas, dan berdaya saing tinggi di kancah global.
Tags
Opini