Tatang Seorang Pecandu Sabu Berubah Menjadi Pendakwah

Feri Irawan (Tatang) 


Kisah Perjalanan hidup seorang Feri Irawan (Tatang) putra kelahiran Desa Temba Lae, Kecamatan  Pajo, Kabupaten Dompu. Lelaki berusia 18 tahun yang awal mulanya seorang preman dan pecandu sabu ini berubah menjadi seorang pendakwah. Dibeberapa wilayah mungkin tidak asing lagi dengan seorang anak bengis yang dikenal dengan kenakalannya, baik dalam tragedi  perkelahian sampai dikenal dengan anak yang paling meresahkan di wilayah desa Temba Lae dan Ranggo. Bagaimana tidak tingkah dan kelakuannya yang melebihi keberanian orang-orang dewasa dalam perkelahian dia tidak pernah mengenal usia lawanya.
 
Tidak habis disitu anak berusia 16 tahun saat itu dia bisa terjerat dalam kasus hukum yang mengharuskannya ditahan didalam jeruji besi Polsek Pajo, karena ulahnya yang membakar rumah salah satu warga, tetangga rumahnya. Namun pada saat itu dia mendapatkan keringanan karena status tahanan yang masih dibawah umur, dan diselesaikan secara kekeluargaan. Tak henti disitu, Selepas keluar dari jeruji besi dia malah ikut bergaul dengan salah seorang pengedar sabu di kampungnya yang tahun 2020 ditangkap di kelurahan Simpasai, sebuah keberuntungan untuk seorang Tatang, karena pada saat itu tidak sempat mengikuti bosnya ini dalam melakukan transaksi karena saat itu ia dalam pengaruh mabuk dan ditinggalkan oleh bosnya .
 
Setelah Bos ditangkap dia berfikir keras tentang kehidupannya, dia merenungi dan memikirkan keluarganya, hampir semua isi rumah dijual dan digadai untuk memenuhi kepuasannya memakai barang haram itu. Tak lama kemudian dia mendapat satu musibah tepatnya di Desa Kareke dulu, dia berniat ingin membantu sodara sepupunya yang dihadang oleh beberapa pemuda Kareke. saat itu, dia membantu sodaranya untuk melawan 11 orang pemuda namun dia malah ditinggalkan oleh sodaranya itu dan dia mendapat serangan pengeroyokan dari 11 pemuda tersebut dan bahkan keterangan yang dia sampaikan ada yang memukul kepalanya dengan batu dan ada juga yang sempat menarik panahnya namun tidak sempat dilepaskan karena keburu datang motor lewat dan menolong Tatang. 

Setelah peristiwa pengeroyokan oleh beberapa pemuda dari berbagai desa itu, dia langsung melaporkan ke polres Dompu  yang saat itu didampingi langsung oleh Bhabinkamtibmas dan Ibunya, namun pada saat melaporkan ada respon yang kurang baik dari tempat kami melapor. Menurut informasi yang kami dapat bahwa pihak kepolisian sudah mengenal beliau sebagai seorang pemake dan dikenal pergaulannya dengan bos sabu yang saat itu pernah di tangkap di kelurahan Simpasai.  Setelah kasus itu menempuh jalan tengah dan dilakukan perdamaian barulah seorang Tatang ini meminta untuk dicarikan Pondok supaya dia bisa melanjutkan SMA nya di pondok pesantren, walaupun saat itu dia sudah mendaftarkan dirinya di pondok yang ada di desa ranggo. Namun pernyataannya dia tidak menjamin dia akan berubah karena masih dalam lingkungan yang dia hafal dan wilayahnya. 

Selang beberapa bulan kakaknya (Andi Gunawan) membawanya ke pulau Lombok untuk dicarikan pondok disana, dalam waktu 1 bulan menunggu informasi pondok yang masih menerima siswa baru, karena dibeberapa pondok yang di kunjungi saat itu sudah menutup pendafataran karena sudah melebihi target. 

Sang kakak tak putus asa, dia mencoba melobby pondok yang ada di Lombok Barat (Boarding Scholl Mu'alimin Muhammadiyah LOBAR) karena kakak nya memiliki kedekatan hubungan dengan organisasi Muhammadiyah Dan Tatang Diterima di pondok tersebut.
 
Selama satu bulan dia mencoba menyesuaikan dirinya dengan pondok dan keluarga barunya di pondok itu, melewati tantangan perkelahian, membangkang kepada ustadz nya, dan sempat mencuri rokok dari para pekerja bangunan yang saat itu sedang mengerjakan pondoknya. Namun, saat itu dia ditangkap oleh ustadz nya dan dihukum dengan mencukur botak kepalanya dan disuruh menjaga pondok selama beberapa hari. 

Setakah itu dia berfikir bahwa dia harus berubah, dia menelpon keluarganya dan meminta maaf atas segala salah dan perilakunya. Butuh waktu 3 bulan dia langsung seketika berubah, dia sudah mampu menghafal 3 juz dan sudah bisa menjadi penceramah keliling. Tibalah bulan puasa dan lebaran dia diberi liburan untuk pulang kampung, sampai di kampung halaman semua warga yang ada di desa Ranggo dan Temba Lae kaget dengan perubahannya. Dia mengisi caramah dihampir semua masjid yang ada di kecamatan Pajo. Dan bahkan dia di amanahkan manjadi penceramah saat sholat Idul Adha di Desa Woko. 

Sampai hari ini dia mewakili Muhammadiyah Dompu mendapatkan beasiswa kuliah lanjut di UAD dengan mengambil Program Studi Ilmu Hadits di (Pendidikan Khusus Ulama Tarjih) atau di kenal dengan Sebutan PUTM, sekarang dia sangat fasih dalam berdakwah dan dikirim di beberapa pelosok desa yang ada di Yogyakarta untuk menjadi peserta Mubaligh Hijrah dan menjadi pendakwah yang bisa membanggakan keluarganya dan orang-orang disekitarnya. 
Dulu sangat dibenci di kampungnya, namun sekarang sangat dirindukan kepulangannya di kampung halaman. 

Pesan : jangan menilai sesuatu hanya karena apa yang kita lihat sekarang. Karena kita tidak pernah tau kedepannya nasib orang akan seperti apa. Orang sering menyebutnya bahwa si Tatang penerima rahmat ajaib. Masa kecilnya cukup sial karena pernah disambar petir, orang tuanya mengakui bahwa awal mula nakalnya Tatang ini mulai tersambar petir, setelah 10 hari dirawat di RSUD Dompu, dia keluar menjadi anak kecil yang sangat nakal.


Penulis : Andi Gunawan (sang Kakak)
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak