Jika kita mendengar kata IMMawati pasti akan tertuju pada organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dalam IMM ada gelar atau sapaan keren untuk kadernya, IMMawan untuk kader laki-laki dan IMMawati untuk kader perempuan. Sapaan itu didapatkan setelah mereka melewati masa dan tahap kaderisasi pertama yaitu Darul Arqam Dasar (DAD).
Disini kita tidak akan membahas IMMawan, dari judulnya saja yaitu tentang IMMawati. IMMawati, jika dilihat sudut pandang kehidupan yang terlihat hanya sebuah gelar atau nama yang dijadikan sebagai pembeda kader perempuan dalam ikatan dengan perempuan lain. Namun, terlepas dari hal demikian gelar "IMMawati" bukan hanya sekedar panggilan atau sapaan belaka tetapi dalam gelar itu ada amanah dan tanggungjawab yang musti diemban.
Nyai Siti Walidah pernah menyampaikan "Perempuan jangan memiliki jiwa kerdil, tetapi jiwa Srikandi". Jiwa pejuang IMMawati harus tertanam lebih dalam sehingga mampu mengimbangi IMMawan. Ini mendorong agar IMMawati lebih banyak produktif dan tidak terlena pada hal romantisme. Hal ini karena sebuah romantisme, yang membuat tidur berkepanjangan. Namun dibalik itu, dia akan berdiri kokoh karena kesadaran akan amanah, kewajiban dan cinta dalam ikatan.
IMMawati tidak hanya menjadi sebuah gelar belaka. Pergerakan IMMawati juga harus di buktikan agar tak lagi di pandang sebelah mata. Melainkan mampu menjadi pelopor dalam mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan kondisi zaman. Oleh karenanya menjadi IMMawati, bukan lagi persoalan siapa yang lebih lama berkecimpung dalam IMM akan tetapi siapa yang mampu bertahan dan berkontribusi di dalamnya. Bukan persoalan posisi, girah perjuangan IMMawati yang membangkitkan pergerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus tetap ada di dalam jiwa setiap Kader.
Ber-IMMawati dengan niat yang ikhlas keniscayaan, menggerakkan segala kemampuan kita dengan sebaik mungkin. Jadilah IMMawati yang mampu memberikan perubahan dengan sebuah tindakan. Nilai Trilogi dasar perjuangan kita, memegang teguh dengan Al-Qur'an dan As-sunah sebagai petunjuk setiap pergerakkan IMMawati. Slogan anggun dalam moral unggul dalam intelektual merupakan kriteria ideal seluruh kader.
Jadilah IMMawati yang berfikir luas ketika dititipkan masalah, secara tidak langsung itu semua akan melatih kesabaran serta potensi diri, bersikap dewasa dan bijak. IMMawati sekaligus perempuan, tentu memiliki tupoksi masing-masing dan menjaga dua Marwah ini adalah suatu keharusan bagi kita sebagai seorang muslimah.
Begitu banyak janji (ikrar) yg telah kita ucapkan di hadapan Allah, maka jangan Hianati janji itu dengan sebuah kebohongan. Kita tidak boleh apatis dan tetap peka di setiap keadaan, zaman boleh berubah, tapi nilai Trilogi dalam diri kader IMM harus tetap hidup dan mewarnai setiap pergerakan.
Sebagai refleksi, akhir-akhir ini banyak kita saksikan perempuan yang lupa dengan aturan Allah dan mengutamakan trend zaman, jadi sudah seharusnya kita berperan dan mulai memegang teguh nilai-nilai dalam Al-Qur'an dan Hadist. Kita dilahirkan bukan sekedar hidup di begitu saja, kita mempunyai tugas sebagaimana dalam Q. S. Adz-dzariyat:56 yang artinya: Tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku, Ini sebagai salah satu landasan tujuan penciptaan manusia di muka Bumi Allah dan juga berkorelasi dgn Q. S. Al-Imran:104 dan 110 yg menjelaskan tentang Khalifah fill Ardh.
Dalam konteks Khalifah Fil Ardh ini tidak menjelaskan hanya laki-laki saja yg menjadi pemimpin di muka Bumi ini, perempuan juga memiliki peran yg sama. Untuk menafsirkan konteks Ibadah, bukan saja menjaga hubungan manusia dengan Allah, tetapi hubungan sesama manusia juga perlu di seimbangkan. Dalam hal ini perempuan harus pandai-pandai mengelola dirinya, baik dalam pergaulan maupun dalam tatanan kehidupan lain berkaitan interaksi sesama manusia. Satu hal yg perlu dipegang teguh oleh seorang perempuan bahwa "kehidupan, bukanlah permainan yg bisa di ulang", maka manfaatkan kesempatan dan jangan menghabiskan untuk hal-hal yg tidak memiliki nilai lebih untuk akhirat dan dunia nanti.
Tags
Opini