Refleksi Esensi Dari Eksistensi IMM Di Bumi Pertiwi

Oleh : Amin Rais
(Ketua PK IMM STKIP Al-Amin Dompu)


Wacana gerakan dalam tubuh IMM sendiri tidaklah menjadi suatu hal yang tabu. Ragam gagasan dan pemikiran yang berkembang didalamnya menjadi potensi besar bagaimana IMM mampu membangun gerakannya lebih massif dan membumi terlebih di usianya yang sudah 60 tahun ini, IMM semakin menghadapi persoalan dan problematik yang harus disikapi dengan bijak dan kritis entah itu urusan politik praktis yang menjangkiti kadernya, problem sosial, ekologi, dan budaya yang kemudian mendera masyarakat di sekitarnya.

Sebagai kaum muda Muahammadiyah, IMM diharapkan mampu menjadi prototipe gerakan mahasiswa yang ideal, ideal dalam hal gerakan dan kaderisasi. Berbagai gagasan ide-ide gerakan baru, muncul mengemuka dalam berbagai ekspresi yang kadang (kebanyakan saat ini) lebih bersifat jangka pendek, seremonial, dan minim refleksi, hingga menimbulkan kecemasan dalam benak kader IMM  yang kemudian dikhawatirkan prinsip dan karakter yang akan bermuara pada tipologi pragmatis, dan hedonis.

Untuk itu perlu kemudian IMM melakukan tajdid dan purifikasi,sebagai tradisi gerakan. Tajdid dalam hal ini dengan menghadirkan wacana-wacana dan gerakan yang actual,kreatif, dan mencerahkan. 
Purifikasi dengan pemurnian ide-ide  gerakan (pengembalian) kepada nilai-nilai IMM dan cita-cita luhur kemanusiaan yang digelorakan Kyai Ahmad Dahlan. Dengan usia yang tidak lagi muda, IMM mesti terus bergeliat  dan berdiri di garda terdepan menebarkan spirit mencintai keadilan, kemanusiaan, dan menentang kesewenang-wenangan.

Eksistensi IMM hari ini sangat tidak memungkinkan untuk kemudian dapat diklaim sebagai IMM yang Autentik, bukan pula menjadi sebuah vonis bahwa ada sebagian kader IMM karbitan (yang menjadikan IMM sebagai batu loncatan). Namun lebih kepada upaya untuk mengembalikan IMM kepada khittah dan muara perjuangan IMM yang sejatinya diabdikan untuk kepentingan rakyat, agama, bangsa dan negara.

Ikatan mahasiswa Muhammadiyah yang lahir sejak tahun 1964 lalu akan selalu menjadi bahan menarik untuk dikaji, bahkan semenarik Muhammadiyah yang kemudian menjadi objek diskursus banyak kalangan peneliti dan intelektual pada umumnya. Tanpa hendak berniat claim of truth, IMM memiliki posisi strategis bahkan core bagi gerakan determinasi gerakan Muhammadiyah saat ini dan di abad-abad mendatang. Mengapa? Karna IMM merupakan anak “intelektual” Muhammadiyah, ini pula yang menjadi satu-satunya alasan fundamental mengapa IMM dilahirkan dipangkuan Muhammadiyah dan berada di perut bumi pertiwi ini tiada lain karena alasan intelektualisme.

Jika dilihat pemetaan salah satu tokoh pendiri IMM yakni Djazman Al-kindi dalam bukunya Muhammadiyah Peran Kader dan Pembinaannya bahwa beliau menegaskan posisi atau domain gerakan IMM diletakan dan dibebankan untuk fokus menggarap gerakan inteletual yang merupakan titik inti dari masa depan Muhammadiyah dan bangsa. Sebab, nadinya Muhammadiyah ada pada gerakan tadjid (pembaruan), Gerakan progresif (senantiasa melihat kedepan), dan  gerakan yang berkemajuan. Dengan kata lain, IMM sebagai laboraturium intelektualnya Muhammadiyah memiliki peran yang sangat signifikan bagi semarak dan hidupnya spirit tadjid, progresivitas, dan masifikasi islam berkemajuan ditengah kehidupan keumatan, kebangsaan,kemanusiaan. Jika tidak autenrisitas dan substansitivitas keberadaan IMM akan dipertanyakan, untuk tidak menyebutnya akan digugat.

Sebagai anak  inteletualnya Muhammadiyah, di tengah kritik-kritik yang bermunculan, IMM melalui kader-kadenya harus kembali mempertegas jati dirinya yang Autentik. Apa sesungguhnya hakikat eksistensi IMM bagi Muhammadiyah, umat, bangsa, dan kemanusiaan? Tentu sudah ditegaskan bahwa IMM lahir, berkembang, bertahan dan mengarungi masa depanya semata-mata karena alasan intelektualisme. Ini faktor kunci eksistensi IMM dan oleh karenanya, ini harus dibuktikan oleh kader-kadernya.

Kader-kader IMM harus melepaskan diri dari persoalan romantisme berlebihan terhadap simbol-simbol IMM, tapi nihil penjiwaan. Letupan dan teriakan "IMM Jaya" hanya tong kosong nyaring bunyinya jika tidak diiringi dengan semangat pembuktian terhadap nilai-nilai ke-IMM-an dalam dimensi-dimensi keseluruhannya. IMM akan jaya jika kader-kadernya menjadi kader yang jaya, kader yang kemudian menjiwai setiap simbol dan prinsip-prinsip IMM. 

Dengan perkataan lain, tidak perlu pusing dan harus sakit-sakitan berteriak IMM jaya, yakin dan pasti IMM akan jaya dan dirasakan kehadirannya ditenga-tengah derita umat dan bangsa jika kader-kadernya menjiwai, membuktikan identitas, dan mengaktualisasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip fundamental IMM dan kemudian menjayakan dirinya. Dengan begitu, IMM akan bermartabat, Berjaya, dan bermanfaat untuk perserikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan.

Lalu, apa nilai-nilai, identitas, atau prinsip-prinsip fundamental IMM itu?, dalam buku IMM autentik yang ditulis Ahmad Sholeh, mengutarakan bahwa ada dua hal fundamental yang kemudian menjadi core dari esensi dari eksistensi IMM. Pertama, IMM sebagai gerakan Intelektual, dan kedua, IMM sebagai gerakan ahklak. Dua hal ini sesungguhnya mewakili keseluruhan konsep-konsep IMM yang ada. Baik itu enam penegesan, Tri Kompetensi Dasar, Nilai Dasar Ikatan, Profil Kader, dan lain-lainnya.

Pertama, IMM sebagai gerakan intelektual. Setidaknya sebagai Gerakan intelektual, kader IMM harus menjunjung tinggi empat hal penting yang mengitarinya, yakni menjunjung tinggi budaya membaca, berdiskusi, menulis, dan menyemarakan budaya meneliti. Empat hal ini merupakan nadi atau nyawanya kader-kader IMM  sebagai gerakan intelektual. Dengan berbagai ekspresi, varian, dan model gerakannya, empat pilar ini harus dijunjung tinggi oleh kader IMM di masing-masing level pimpinan.

Jika empat pilar tersebut melemah, tidak dipedulikan, terjadi turbulensi, apalagi nyaris hilang diruang aktivitas dan dinamika berorganisasi kader IMM. Maka mudah ditebak dan bisa dipastikan, IMM akan menjadi organisasi pinggiran, organisasi yang akhirnya berubah menjadi tempat keluh kesah, organisasi, la yamutu wala yahya , organisasi yang dikutuk sejarah karena gagal memenuhi janjinya, gagal membuktikan kepada umat yang tidak sabar menuntut bukti. Singkatnya, jika IMM sebagai Gerakan intelektual  tidak semarakan, digalakan, dan dimasifkan oleh kader-kadernya, maka remuklah IMM terkapar tidak berdaya dihukum zaman.

Kedua, IMM sebagai gerakan ahklak. Sebagai mana cita-cita awalnya, IMM lahir dirahimnya Muhammadiyah adalah untuk menjalankan visi perbaikan ahklak dikalangan masyarakat kampus (mahasiswa). Semangat historis ini tidak boleh bergeser apalagi berubah, bahwa IMM merupakan elemen penting sekaligus kekuatan moral bangsa, IMM merupakan pundi-pundi integritas bangsa, IMM merupakan laboraturium pendidikan karakter bagi mahasiswa di berbagai kampus di pelososk bumi pertiwi ini. Ini pula yang ditegaskan tujuan IMM selama rentang rentang waktu 60 tahun tidak berubah dan tidak akan pernah berubah substansinya bahwa IMM lahir dan ada untuk mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berahklak mulia.
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak