Quo Vadis AKJ-SYAH

Oleh : Hafi Darmawan


Kepemimpinan AKJ-SYAH kini sudah memasuki tahun ke 3 dan telah dirayakan dengan kegiatan dzikir dan do'a syukur di pandopo kabupaten Dompu. Pendapat masyarakat selama perjalanan kepemerintahan AKJ-SYAH setidaknya terbagi menjadi dua, bagi tim bupati menganggap 3 tahun kepemimpinan AKJ-SYAH sudah banyak hal yang mereka lakukan untuk perkembangan daerah. Sementara, banyak dari kalangan masyarakat merasa 3 tahun kepemimpinan  AKJ-SYAH tidak ada yang perlu disyukuri karena dianggap tidak mampu menjalankan dengan baik apa yang menjadi visi dan misinya.


Faktanya, baik di sosial media maupun di real life, pro dan kontra terhadap kinerja AKJ-SYAH menjadi pembahasan hangat untuk beberapa hari terakhir. Menariknya banyak menilai visi misi yang digaungkan 3 tahun silam dengan program unggulan JARAPASAKA mampu menghipnotis masyarakat untuk memilihnya dalam kompetisi Pemilihan Bupati.

Dalam visi misi tersebut terdapat beberapa point yang fundamental dalam kepemimpinan dengan visi 'Terbentuknya Masyarakat Dompu Yang MASHUR (Mandiri, Sejahtera, Unggul Dan Religius)'. Namun, jika kita melihat lebih jauh lagi terkait visi ini tidak ada tolak ukur yang bisa menjadi patokan untuk dibilang sukses atau pun gagal. 

Mandiri, kata mandiri sudah pasti merujuk pada Dompu BERDIKARI (Berdiri Di Atas Kaki Sendiri), harapannya Dompu mampu menjadi daerah yang mandiri baik diberbagai sektor terutama pada sektor pendidikan, pertanian dan perikanan. 

Di aspek pendidikan kita bisa melihat dan menilai bagaimana sifat dan sikap para pelajar sekarang yang sudah terjerat pergaulan bebas,  sehingga terjadi fenomena-fenomena yang mengerikan dibuatnya. Belum ada langkah kongkrit upaya pemerintah daerah mengatasi hal demikian.

Sebagai daerah yang rata-rata masyarakatnya adalah petani dan nelayan, apakah kebutuhannya sudah tercukupi atau tidak?, Kita masih banyak mendengar petani yang mengeluh terkait dengan kelangkaan pupuk dan mahalnya benih bibit. Mestinya, dalam rangka mewujudkan mensejahterakan petani, pemerintah daerah dapat memberi bantuan benih jagung dan memonitoring ketersediaan pupuk. Begitupun di sektor perikanan, pemda mestinya mendukung penuh untuk memfasilitasi, meningkatkan daya jual dan nilai tambah untuk produk hasil tangkapan nelayan.

Sejahtera, tentu sejahtera dapat terwujud ketika semua sektor dapat berjalan dengan baik dan tidak ada kendala dalam setiap prosesnya, bagaimana bisa di sebut sejahtera jika tata kelola yang buruk. Sebagai contoh, sektor pariwisata yang ada menjadi salah satu sumber pendapatan daerah, banyak wisata wisata yang tidak terurus dan ketika diurus tidak ada tindak lanjut oleh bupati selaku pemangku kekuasaan, bagaimana bisa kita sebut sejahtera?.

Unggul, kita bisa melihat perkembangan daerah sekarang, apa yang unggul dan yang bisa dibanggakan oleh kita, bahkan ketika keluar daerah nama Dompu pun terasa sangat asing di mata orang orang, unggul yang dimaksud tatkala memiliki kelebihan dari daerah lain. Saat sekarang saja, untuk mengkalim kita unggul untuk harga jagung saja masih dalam perdebatan. Logika ini terpaksa harus dibawa, karena selalu yg citrakan bahwa pemda Dompu unggul dalam hal menaikan harga jagung. Seolah-olah hukum pasar tidak berlaku. 

Religius, ini adalah hal yang sakral karna berbicara tentang sikap kita terhadap tuhan, dan yang jadi pertanyaannya adalah apa yang dilakukan pemerintah Dompu dalam meningkatkan nilai nilai religius masyarakat, bahkan di moment Ramadhan ini kerap kali terjadi pemblokiran jalan di berbagai kecamatan. Letak upaya meningkatkan religiusitasnya di sisi mana?

Dari berbagai persoalan yang terjadi mungkin saja tidak terwujudnya Dompu yang MASHUR itu karna tidak terealisasinya Misi yang ditawarkan dalam kontestasi PILBUP 3 tahun silam.

Misi yang ditawarkannya ialah yang pertama, Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih.  Kalau disimak baik baik tentu misi ini sangat bagus namun kita tahu bahwa masih banyak tatakelola yang buruk dan bahkan banyak oknum oknum pemerintah yang diduga melakukan korupsi dan kantor Bupati sempat di kunjungi oleh KPK, bisa dikatakan Misi ini belum sungguh sungguh  untuk direalisasikan dengan tuntas.

Kedua, Meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal yang berkelanjutan. Tentu, kita sekarang melihat sepanjang jalan dipinngir dan diatas trotoar berjejeran para pedagang kaki lima dan mungkin pada misi kali ini bisa kita katakan hampir mendekati sukses karena memang sudah terbukti mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Ketiga, Meningkatkan mutu pelayanan dasar dan pelayanan publik yang transparan, partisipatif dan berkeadilan. Pada misi kali ini memang hal yang penting dalam pelayanan untuk masyarakat meskipun masih banyak kurang dalam pelayanannya mungkin dari pihak dinas atau instansi lainnya.

Keempat, Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur yang mantap dan berwawasan lingkungan. sebenarnya ini tidak harus dimasukan kedalam misi karna memang selain dari program kerja, pemerintah harus dan wajib dalam membangun infrastruktur yang memudahkan masyarakat berkegiatan sosial, karena memang itu tugas pentingnya pemerintah untuk kesejahteraan rakkyat.

Kelima, Mewujudkan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius, berbudaya, berprestasi dan berkarakter berbasis kearifan lokal. Misi ini gagal total, karena memang Dompu saat ini kehilangan jati dirinya. Budaya, adat dan sejarah yang masih ngambang tidak jelas, karena tidak ada kepedulian terhadap itu, sehingga Dompu sekarang krisis sejarah.

Visi Misi yang ditawarkan dalam kontestasi tersebut seharusnya menjadi pedoman dan arah gerak seorang pemimpin, bukan hanya menjadi daya jual dan menjadi sebuah kebohongan belaka. selain dari pada Visi Misi, AK-SYAH juga menawarakan program unggulan Jagung, Porang, Padi,Sapi, dan Ikan (JARAPASAKA) ini yang selalu digaungkan dengan lantang tetapi tidak ada tindak lanjut dan hanya membuang buang anggaran. Ambil contoh yaitu porang yang di kelola oleh Dinas pertanian hanya sampai sekarang tidak menghembuskan kabar bagaimana nasibnya.

Kemudian para pihak yang pro terhadap AKJ-SYAH selalu menggaungkan kalau kinerjanya dalam memimpin Dompu itu sukses dan meraih pencapaian yang membanggakan, mungkin ini untuk menaikkan elektabilitas AKJ dalam kontestasi PILBUP 2024. Banyak juga yang mengatakan bahwa kepemimpinan 5 tahun itu tidak cukup untuk menjalankan semua program jadi butuh 2 periode untuk mencapai klimaks. Tapi, yang menjadi pertanyaannya adalah apa yg sudah dilakukannya dalam 3 tahun terakhir.

Mahasiswa dan berbagai element masyarakat yang kerap kali melakukan unjuk rasa tidak pernah sekalipun ditemui olehnya, alasannya diluar daerah dan sakit. Mungkin itu yang menjadikan Visi Misi dan Program unggulannya mandek, karna kelelahan sering keluar daerah sehinnga balik ke Dompu drop dan jatuh sakit.
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak