Perdebatan dalam suatu penafsiran tidak akan pernah usai berdasarkan alur dan metode yang sama-sama punya landasan. Yang terpenting adalah dalam sebuah dialektika, merespon secara kritis dan memberi kekuatan argumentasi merupakan keharusan. Maka, perdebatan selalu diiringi argumentasi, pertanyaan, klarifikasi dan afirmasi.
Pada pembahasan kali ini memang cukup hangat. Berawal dari suatu isu yang dibahas tentang Perempuan. Seolah dalam dialog itu perempuan ingin menagih ‘Eksistensi’. Tetapi kedua belah pihak, IMMawan dan IMMawati mempunyai cara pandanga masing-masing dan itu sah-sah saja.
Tagihan IMMawati ini mengingatkan kita sejarah abad ke-6 zaman jahiliyah. Dimasa itu anak perempuan yang baru dilahirkan dianggap aib, perusak, yang bisa menjatuhkan martabat keluarga. Masa itu juga menjadikan perempuan sebagai objek seksual yang diskriminatif (budak nafsu), semua orang bisa menyetubuhinya dan jika lahirnya seorang bayi maka akan dipilih ayahnya sesuai hak perempuan yang menunjuknya. Perempuan dahulu adalah simbol kehinaan dan keterpurukan.
Saat Islam hadir, wanita mulai dimuliakan. Tingkatan manusia tidak berdasarkan ras, golongan, jenis kelamin melainkan adalah ketakwaan. Antara laki-laki dan perempuan memiliki tugas dan tupoksi masing-masing yang tidak bisa direndahkan satu sama lain. Ini bisa kita renungi, tatkala nabi menerima wahyu dan merasa demam yang sangat tinggi, maka yang menenangkannya adalah Khadijah. Seorang Khadijah merupakan orang pertama yang masuk Islam dan menyimpan perjuangan besar dalam Islam. Saat nabi berdakwah, ia banyak berkorban dengan harta dan jiwa nya.
Perempuan adalah rahim peradaban. jika seandainya wanita seperti jaman jahiliyah yang banyak dibunuh anak perempuan. Tidak bisa kita bayangkan apakah bumi ini akan tetap dihuni oleh Jutaan bahkan Miliaran manusia seperti sekarang. Atau kita akan mulai bingung seperti halnya Jepang yang diprediksi akan punah populasinya.
Yang terpenting jua, banyak dari kalangan perempuan yang saat pertama masuk Islam berjuang hingga di siksa dan tetap bertahan. Mereka juga banyak melahirkan pejuang-pejuang Islam yang mulia. Kehadiran perempuan menguatkan laki-laki dalam sebuah perjuangan.
Ada banyak secara fisik laki-laki lebih kuat, tapi pada banyak momen laki-laki tidak bisa merasakan beban berat seperti yang dialami wanita. Misalnya, menstruasi, hamil dan melahirkan. Anatomi laki-laki tidak sanggup menghadapi seperti demikian. Maka dari sisi mana kita harus mendiskreditkan perempuan sementara Islam sendiri memuliakan dan bahkan memuji perempuan seperti halnya Maryam yang diabadikan dalam Al-Qur’an.
Kehadiran Laki-laki pun tidak serta merta membawa suasana panas dan kehancuran. Banyak sejarah mencatat kemuliaan seorang laki-laki tatkala berjuang mati-matian menegakkan iqomatuddin/tegaknya agama yang banyak berbenturan fisik dan menjaga keluarganya (baik dari serangan bahaya dan nafkah). Kehadirannya dalam Islam banyak digambarkan dalam Al-Qur’an terutama para perjuangan nabi atau kisah Lukman yang diabadikan sebagai seorang ayah sebagai penguat karakter anak. Kita bisa merefleksikan, secara fisik dan energi serta mental laki-laki memiliki kelebihan untuk bisa kuat, sehingga amanat kenabian bisa terlaksana dengan baik.
Berbeda halnya dengan perempuan yang acapkali banyak memfungsikanPara IMMawan dan IMMawati yang saya banggakan. Perdebatan dalam suatu penafsiran tidak akan pernah usai berdasarkan alur dan metode yang sama-sama punya landasan. Yang terpenting adalah dalam sebuah dialektika, merespon secara kritis dan memberi kekuatan argumentasi merupakan keharusan. Maka, perdebatan selalu diiringi argumentasi, pertanyaan, klarifikasi dan afirmasi.
Pada tema diskusi ini memang cukup hangat. Berawal dari suatu isu yang dibahas tentang Perempuan. Seolah dalam dialog itu perempuan ingin menagih ‘Eksistensi’. Tetapi kedua belah pihak, IMMawan dan IMMawati mempunyai cara pandanga masing-masing dan itu sah-sah saja.
Tagihan IMMawati ini mengingatkan kita sejarah abad ke-6 zaman jahhiliyah. Dimasa itu anak perempuan yang baru dilahirkan dianggap aib, perusak, yang bisa menjatuhkan martabat keluarga. Masa itu juga menjadikan perempuan sebagai objek seksual yang diskriminatif (budak nafsu), semua orang bisa menyetubuhinya dan jika lahirnya seorang bayi maka akan dipilih ayahnya sesuai hak perempuan yang menunjuknya. Perempuan dahulu adalah simbol kehinaan dan keterpurukan.
Saat Islam hadir, wanita mulai dimuliakan. Tingkatan manusia tidak berdasarkan ras, golongan, jenis kelamin melainkan adalah ketakwaan. Antara laki-laki dan perempuan memiliki tugas dan tupoksi masing-masing yang tidak bisa direndahkan satu sama lain. Ini bisa kita renungi, tatkala nabi menerima wahyu dan merasa demam yang sangat tinggi, maka yang menenangkannya adalah Khadijah. Seorang Khadijah merupakan orang pertama yang masuk Islam dan menyimpan perjuangan besar dalam Islam. Saat nabi berdakwah, ia banyak berkorban dengan harta dan jiwa nya.
Perempuan adalah rahim peradaban. jika seandainya wanita seperti jaman jahiliyah yang banyak dibunuh anak perempuan. Tidak bisa kita bayangkan apakah bumi ini akan tetap dihuni oleh Jutaan bahkan Miliaran manusia seperti sekarang. Atau kita akan mulai bingung seperti halnya Jepang yang diprediksi akan punah populasinya.
Yang terpenting jua, banyak dari kalangan perempuan yang saat pertama masuk Islam berjuang hingga di siksa dan tetap bertahan. Mereka juga banyak melahirkan pejuang-pejuang Islam yang mulia. Kehadiran perempuan menguatkan laki-laki dalam sebuah perjuangan.
Ada banyak secara fisik laki-laki lebih kuat, tapi pada banyak momen laki-laki tidak bisa merasakan beban berat seperti yang dialami wanita. Misalnya, menstruasi, hamil dan melahirkan. Anatomi laki-laki tidak sanggup menghadapi seperti demikian. Maka dari sisi mana kita harus mengdiskreditkan perempuan sementara Islam sendiri memuliakan dan bahkan memuji perempuan seperti halnya Maryam yang diabadikan dalam Al-Qur’an.
Kehadiran Laki-laki pun tidak serta merta membawa suasana panas dan kehancuran. Banyak sejarah mencatat kemuliaan seorang laki-laki tatkala berjuang mati-matian menegakkan iqomatuddin/tegaknya agama yang banyak berbenturan fisik dan menjaga keluarganya (baik dari serangan bahaya dan nafkah). Kehadirannya dalam Islam banyak digambarkan dalam Al-Qur’an terutama para perjuangan nabi atau kisah Lukman yang diabadikan sebagai seorang ayah sebagai penguat karakter anak. Kita bisa merefleksikan, secara fisik dan energi serta mental laki-laki memiliki kelebihan untuk bisa kuat, sehingga amanat kenabian bisa terlaksana dengan baik.
Berbeda halnya dengan perempuan yang acapkali banyak memfungsikan hati dan perasaan dalam mengambil tindakan. ini bukan kelemahan melainkan disinilah kekuatan perempuan. Kalaulah Khadijah tidak peka terhadap kondisi nabi saat itu, maka rasa takut nabi saat menerima wahyu mungkin tidak pernah hilang dan terhambatlah turunnya tugas kenabian baginda Rasul.
Pada sisi lain, dalam kisah peperangan Islam. Ada juga mujahid yang tergelincir ke dalam kekafiran lantaran kecantikan, ke ayuan dan tipu daya wanita. Ia melepaskan keimanan lantaran tipu daya wanita. Atau contoh lain yaitu perempuan yang dilaknat karena pembangakan adalah seperti halnya istri nabi Nuh as. Dan masih banyak yang bisa diambil contoh potensi kerusakan bersumber dari perempuan.
Bersamaan dengan wanita punya potensi perusak, Laki-laki juga menjadi perusak dalam peradaban tatkala melakukan pembunuhan, mabuk dan pemerkosaan,atau contoh lainnya. Sehingga tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa manusia tanpa membedakan laki dan perempuan adalah perusak di muka bumi ini sebagaimana dalam Al-Baqaqarh ayat 30.
Dari situ kita pahami, memisahkan peran laki dan peran perempuan dalam membangun peradaban cemerlang sama halnya memisahkan gula dan manis. Keduanya memiliki keterkaitan erat. Maka sudah saatnya dalam ber-fastabiqul khairat keduanya untuk selalu bisa mengambil peran dan tupoksi masing-masing tanpa stereotip. Wallahualam.
Para IMMawan dan IMMawati yang saya banggakan. Perdebatan dalam suatu penafsiran tidak akan pernah usai berdasarkan alur dan metode yang sama-sama punya landasan. Yang terpenting adalah dalam sebuah dialektika, merespon secara kritis dan memberi kekuatan argumentasi merupakan keharusan. Maka, perdebatan selalu diiringi argumentasi, pertanyaan, klarifikasi dan afirmasi.
Pada tema diskusi ini memang cukup hangat. Berawal dari suatu isu yang dibahas tentang Perempuan. Seolah dalam dialog itu perempuan ingin menagih ‘Eksistensi’. Tetapi kedua belah pihak, IMMawan dan IMMawati mempunyai cara pandanga masing-masing dan itu sah-sah saja.
Tagihan IMMawati ini mengingatkan kita sejarah abad ke-6 zaman jahhiliyah. Dimasa itu anak perempuan yang baru dilahirkan dianggap aib, perusak, yang bisa menjatuhkan martabat keluarga. Masa itu juga menjadikan perempuan sebagai objek seksual yang diskriminatif (budak nafsu), semua orang bisa menyetubuhinya dan jika lahirnya seorang bayi maka akan dipilih ayahnya sesuai hak perempuan yang menunjuknya. Perempuan dahulu adalah simbol kehinaan dan keterpurukan.
Saat Islam hadir, wanita mulai dimuliakan. Tingkatan manusia tidak berdasarkan ras, golongan, jenis kelamin melainkan adalah ketakwaan. Antara laki-laki dan perempuan memiliki tugas dan tupoksi masing-masing yang tidak bisa direndahkan satu sama lain. Ini bisa kita renungi, tatkala nabi menerima wahyu dan merasa demam yang sangat tinggi, maka yang menenangkannya adalah Khadijah. Seorang Khadijah merupakan orang pertama yang masuk Islam dan menyimpan perjuangan besar dalam Islam. Saat nabi berdakwah, ia banyak berkorban dengan harta dan jiwa nya.
Perempuan adalah rahim peradaban. jika seandainya wanita seperti jaman jahiliyah yang banyak dibunuh anak perempuan. Tidak bisa kita bayangkan apakah bumi ini akan tetap dihuni oleh Jutaan bahkan Miliaran manusia seperti sekarang. Atau kita akan mulai bingung seperti halnya Jepang yang diprediksi akan punah populasinya.
Yang terpenting jua, banyak dari kalangan perempuan yang saat pertama masuk Islam berjuang hingga di siksa dan tetap bertahan. Mereka juga banyak melahirkan pejuang-pejuang Islam yang mulia. Kehadiran perempuan menguatkan laki-laki dalam sebuah perjuangan.
Ada banyak secara fisik laki-laki lebih kuat, tapi pada banyak momen laki-laki tidak bisa merasakan beban berat seperti yang dialami wanita. Misalnya, menstruasi, hamil dan melahirkan. Anatomi laki-laki tidak sanggup menghadapi seperti demikian. Maka dari sisi mana kita harus mengdiskreditkan perempuan sementara Islam sendiri memuliakan dan bahkan memuji perempuan seperti halnya Maryam yang diabadikan dalam Al-Qur’an.
Kehadiran Laki-laki pun tidak serta merta membawa suasana panas dan kehancuran. Banyak sejarah mencatat kemuliaan seorang laki-laki tatkala berjuang mati-matian menegakkan iqomatuddin/tegaknya agama yang banyak berbenturan fisik dan menjaga keluarganya (baik dari serangan bahaya dan nafkah). Kehadirannya dalam Islam banyak digambarkan dalam Al-Qur’an terutama para perjuangan nabi atau kisah Lukman yang diabadikan sebagai seorang ayah sebagai penguat karakter anak. Kita bisa merefleksikan, secara fisik dan energi serta mental laki-laki memiliki kelebihan untuk bisa kuat, sehingga amanat kenabian bisa terlaksana dengan baik.
Berbeda halnya dengan perempuan yang acapkali banyak memfungsikan hati dan perasaan dalam mengambil tindakan. ini bukan kelemahan melainkan disinilah kekuatan perempuan. Kalaulah Khadijah tidak peka terhadap kondisi nabi saat itu, maka rasa takut nabi saat menerima wahyu mungkin tidak pernah hilang dan terhambatlah turunnya tugas kenabian baginda Rasul.
Pada sisi lain, dalam kisah peperangan Islam. Ada juga mujahid yang tergelincir ke dalam kekafiran lantaran kecantikan, ke ayuan dan tipu daya wanita. Ia melepaskan keimanan lantaran tipu daya wanita. Atau contoh lain yaitu perempuan yang dilaknat karena pembangakan adalah seperti halnya istri nabi Nuh as. Dan masih banyak yang bisa diambil contoh potensi kerusakan bersumber dari perempuan.
Bersamaan dengan wanita punya potensi perusak, Laki-laki juga menjadi perusak dalam peradaban tatkala melakukan pembunuhan, mabuk dan pemerkosaan,atau contoh lainnya. Sehingga tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa manusia tanpa membedakan laki dan perempuan adalah perusak di muka bumi ini sebagaimana dalam Al-Baqaqarh ayat 30.
Dari situ kita pahami, memisahkan peran laki dan peran perempuan dalam membangun peradaban cemerlang sama halnya memisahkan gula dan manis. Keduanya memiliki keterkaitan erat. Maka sudah saatnya dalam ber-fastabiqul khairat keduanya untuk selalu bisa mengambil peran dan tupoksi masing-masing tanpa stereotip. Wallahualam.
Tulisan ini banyak hasil refleksi dalam buku Sirah Nabawiyah serta beberapa diskusi.Tulisan ini banyak hasil refleksi dalam buku Sirah Nabawiyah serta beberapa diskusi. dalam mengambil tindakan. Ini bukan kelemahan melainkan disinilah kekuatan perempuan. Kalaulah Khadijah tidak peka terhadap kondisi nabi saat itu, maka rasa takut nabi saat menerima wahyu mungkin tidak pernah hilang dan terhambatlah turunnya tugas kenabian baginda Rasul.
Pada sisi lain, dalam kisah peperangan Islam. Ada juga mujahid yang tergelincir ke dalam kekafiran lantaran kecantikan, ke ayuan dan tipu daya wanita. Ia melepaskan keimanan lantaran tipu daya wanita. Atau contoh lain yaitu perempuan yang dilaknat karena pembangkangan adalah seperti halnya istri nabi Nuh as. Serta masih banyak yang bisa diambil contoh potensi kerusakan bersumber dari perempuan.
Bersamaan dengan wanita punya potensi perusak, Laki-laki juga menjadi perusak dalam peradaban tatkala melakukan pembunuhan, mabuk dan pemerkosaan,atau contoh lainnya. Sehingga tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa manusia tanpa membedakan laki dan perempuan adalah perusak di muka bumi ini sebagaimana dalam Al-Baqarah ayat 30.
Dari situ kita pahami, memisahkan peran laki dan peran perempuan dalam membangun peradaban cemerlang sama halnya memisahkan gula dan manis. Keduanya memiliki keterkaitan erat. Maka sudah saatnya dalam ber-fastabiqul khairat keduanya untuk selalu bisa mengambil peran dan tupoksi masing-masing tanpa stereotip. Wallahualam.
Tulisan ini banyak hasil refleksi dalam buku Sirah Nabawiyah serta beberapa diskusi.
Tulisan : M. Agusfian (Ketua Bidang Organisasi PC IMM Dompu Periode 2020-2022)
Tags
Opini