Sebagai seorang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, tentu menjadi renungan panjang bagi kita, terdapat amanah-amanah Ikatan yang kita emban didalamnya, salah satunya adalah amanah menjadi seorang IMMawati dengan harapan mampu menjadi contoh terbaik untuk perempuan hari ini. Mengingat bahkan sampai detik ini, perempuan masih di remehkan, dipandang sebelah mata dan terpinggirkan baik dari cara berpikir, pola hidup dan status sosial.
Sebagai perempuan yang memiliki kesadaran akan permasalahan demikian IMMawati harusnya mampu menjawab persoalan ini. Namun, jauh sebelum memikirkan persoalan perempuan di luar sana, maka selesailah dulu dengan dirimu sendiri wahai IMMawati. Apakah hari ini kita telah selesai dengan diri sendiri? atau jangan-jangan masih sibuk memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan? Penyakit yang masih di adopsi oleh IMMawati hari ini adalah masih merasa insecure, tidak percaya terhadap diri dan potensi diri, takut salah dan lain sebagainya.
Hal demikianlah yang mengamputasi pergerakan IMMawati hari ini. Coba kita renungi bersama, apakah dengan penyakit demikian yang masih terus menjangkit IMMawati hari ini mampu membawa IMMawati berpikir ke arah mengambil peran peradaban? sedangkan hari ini IMMawati ternyata belum selesai dengan dirinya sendiri, ternyata IMMawati belum mampu mengatasi masalah yang ada pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa menyelesaikan persoalan ummat?
Wahai IMMawati, bangun dan sadarilah betapa pentingnya peran dan keberadaanmu di tengah-tengah persoalan perempuan hari ini. Mari kita bergandengan tangan dan saling bahu membahu dalam membangun perempuan berdaya. Jangan hanya sibuk memikirkan jodoh saja. Modal kepekaan kita untuk sibuk galau soal jodoh selama ini akan bermanfaat ketika dialihfungsikan untuk menggalaukan alam semesta dengan segala permasalahannya. Dari pada sibuk stalking medsos untuk hal-hal yang tidak berfaedah, lebih baik kuota yang ada di pakai untuk stalking masalah ummat agar kita bisa mencari posisi peran peradaban apa yang ingin kita jalankan.
Eksistensi kita sebagai IMMawati disegala lini itu perlu, kalau IMMawati diam saja, maka perempuan akan tetap termarginalkan. Tentulah agar mampu menjawab persoalan demikian, IMMawati harus meningkatkan kualitas diri menjadi IMMawati bervalue, sehingga terwujudlah IMMawati berdaya yang di cita-citakan, kalau IMMawati berdaya, perempuan pun berjaya.
Kekuatan IMMawati terletak pada kepekaannya, maka seharusnya kekuatan itu di gunakan untuk membaca permasalahan yang terjadi. Kekuatan itu seharusnya membangkitkan kepekaan sosial dalam diri IMMawati terhadap permasalahan baik dalam diri maupun di lingkungan sekitar. Namun kesalahan yang kerap kali dilakukan oleh IMMawati hari ini adalah dimana kekuatan itu malah dijadikan kelemahan olehnya, menggunakan kepekaan itu di tempat yang salah, sehingga tidak sedikit diantara IMMawati menarik diri dan tidak aktif dalam organisasi. Ayolah IMMawati, bangun dan cari posisimu dalam mengambil peran peradaban, lihatlah perempuan hari ini sedang tidak baik-baik saja. IMMawati yang berdaya makan IMM juga akan berjaya.
Wahai IMMawati, Ibarat setitik cahaya di tengah pekatnya kegelapan, eksistensi IMMawati merupakan setitik cahaya di tengah kegelapan itu. Sadarilah bahwa dirimu merupakan makhluk luar biasa yang mampu berperan sebagai apa saja dalam kehidupan. Mengingat secara kuantitas IMMawati unggul, maka secara kualitas pun harusnya IMMawati juga demikian, karna keberadaan dan peranan IMMawati sangat berpengaruh besar dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah hari ini.
Menyadari hal demikian, ternyata berIMM tidak akan cukup jika hanya bermodalkan cinta saja, kita punya Trilogi dan Tri kompetensi dasar sebagai acuan. BerIMM tidak cukup jika hanya unggul di sisi religiusitas (keagamaan) saja, tetapi harus di barengi dengan keunggulan intelektualitas dan humanitas.
IMMawati berdaya, IMM Jaya. Mari bersatu, bergandengan tangan untuk mewujudkan IMM Jaya yang sebenarnya.
IMMawati berdaya, IMM Jaya. Mari bersatu, bergandengan tangan untuk mewujudkan IMM Jaya yang sebenarnya.
Tags
Opini